0 Comment
Macet di Jakarta. Foto: Rifkianto NugrohoMacet di Jakarta. Foto: Rifkianto Nugroho

Jakarta - Tak sanggup dimungkiri, kemacetan di kota-kota besar sudah menjadi makanan sehari-hari. Seperti Senin pagi hari ini, macet mewarnai jalanan kota-kota besar.

Bahkan, TomTom Traffic Index merilis data terkait kemacetan di Ibu Kota Jakarta. Kemacetan parah dalam data TomTom Traffic terjadi pada pagi (07.00-08.00 WIB) dan sore (17.00-18.00 WIB). Pagi hari kemacetan paling parah terjadi pada Senin. Setiap hari Senin, kemacetan di jalanan Jakarta bertambah sampai 68 persen. Artinya, Otolovers yang biasa pergi ke kantor selama satu jam (60 menit) harus membuang 40,8 menitnya di jalan.

Untuk menghadapi realita kemacetan setiap hari, Rifat Sungkar sebagai Direktur RDL menawarkan beberapa tipsnya. Dalam keadaan macet, Anda sedang berada pada tahap yang dikenal dengan nama stop and go. Keadaan ini populer dilematis alasannya yakni Indonesia sendiri mempunyai kebiasaan yang sangat tidak baik, yaitu siapa cepat beliau dapat.



"Dalam keadaan stop and go, teorinya yakni semakin kendaraan beroda empat Anda melekat dengan kendaraan beroda empat di depan, kerja mesin kendaraan beroda empat Anda akan semakin berat alasannya yakni yang disedot ke air intake itu yakni udara dari kendaraan beroda empat depan yang panas, beracun, dan lain-lain," ungkap Rifat.



Rifat berpesan, ada baiknya bukan kebiasaan siapa cepat beliau sanggup yang harus dipertahankan, melainkan kebiasaan bersabar dan bijak yang harus ditingkatkan. "Jarak itu harus tetap ada di antara kita dengan kendaraan beroda empat di depan alasannya yakni jikalau ada jaraknya, keadaan stop and go jadi tidak terlalu intens alasannya yakni pergerakan kendaraan beroda empat menjadi lebih berirama," tambah Rifat.



Lebih lanjut lagi, stop and go sudah seharusnya dihadapi dengan sebaik mungkin dan kita sebagai masyarakat Indonesia sanggup mencontoh sikap yang diterapkan oleh negara-negara lain. "Di luar negeri, para pengendara sudah mempunyai sikap yang sangat baik. Ketika terjebak di kemacetan yang keadaannya menyerupai segitiga tersebut, mereka secara sadar melaksanakan pergantian satu kiri satu kanan."

Kebiasaan inilah yang diperlukan oleh Rifat sanggup diterapkan oleh masyarakat Indonesia, secara khusus mereka yang tergolong masih muda. "Bagi generasi milenial, sikap baik di jalan harus diterapkan dari sekarang, alasannya yakni ini akan membudaya. Jika dari muda kita sudah mempunyai rasa saling menghargai dan menghormati sesama pengguna jalan, di masa depan generasi penerus kita juga akan memalsukan kebiasaan ini sehingga akan menghasilkan sebuah kondisi toleransi berlalu lintas yang semakin baik pula di masa yang akan datang," pungkas Rifat.

Post a Comment

 
Top