0 Comment
Foto: Dok. Kemenpar

Jakarta - Pecinta seni wajib tiba ke Pasar Seni Lukis Indonesia (PSLI) 2018 di Jatim Expo, Surabaya. Dapat dijumpai karya seni dari para pelukis penyandang disabilitas.

Pasar Seni Lukis Indonesia (PSLI) 2018 dipenuhi stan-stan yang menjual bermacam-macam karya seni lukis, mulai dari yang berbahan watu akik hingga bulu unggas. Selain itu, dalam festival ini pula Anda akan menemukan karya pelukis disabilitas. Dia yaitu Sadikin Pard yang melukis dengan cara yang tidak biasa. Sadikin melukis menggunakan kaki dan lisan alasannya dirinya tuna daksa.

Walau demikian, Sadikin ternyata termasuk salah satu pelukis yang karyanya go international. Kemampuan Sadikin juga membuatnya menjadi satu dari sembilan orang Indonesia yang berhasil masuk dalam AMFPA. Sebuah asosiasi seniman lukis kaki dan lisan dunia yang bermarkas di Liechtenstein.


Sadikin termasuk pelukis dengan gaya realis. Namun sering kali beliau mengubah gayanya menjadi impresionis. Lukisannya didominasi oleh penggunaan warna-warna cerah dan tegas. Paduan warna tersebut, selain menghasilkan objek yang yang dilukis, juga menjadi permainan warna kontras yang menarik.

"Tergantung mood saja. Saya dulu pelukis realis. Tapi juga bisa gaya impresionis. Sampai kini gaya melukis saya, yah impresionis," kata Sadikin dalam keterangan tertulis, Selasa (16/10/2018).

Sadikin pun menyampaikan beliau mulai melukis semenjak duduk di dingklik sekolah dasar. Waktu itu hanya sekadar hobi. Sadikin juga menyampaikan bahwa dirinya sempat menjadi seorang pengusaha, namun mengalami kebangkrutan.

"Saya pernah jatuh berdiri di dunia usaha. Tapi hasilnya Saya putuskan fokus ke dunia lukis. Tapi Saya tetap memanfaatkan kemampuan Saya di bidang marketing dalam memasarkan lukisan Saya," ungkapnya.


Sadikin yaitu contoh bagi setiap orang. Hal ini pertanda suatu kekurangan seharusnya tidak menjadi penghalang untuk mencapai kesuksesan. Lukisan Sadikin telah dipamerkan di banyak sekali negara di Eropa dan Amerika. Sadikin pun turut melanglang buana bersama lukisannya.

"Saya tidak penah meminta apa pun kepada siapa pun, termasuk biar orang lain menghargai saya. Saya selalu mengingatkan diri saya sendiri untuk tidak bertanya apa yang saya dapatkan, tapi apa yang sudah saya berikan. Dengan begitu, saya akan termotivasi untuk terus menghasilkan karya," tuturnya.

Selain Sadikin, ada pula pelukis yang menggunakan media watu akik, yaitu Kamiludin. Menurut Kamiludin, wangsit itu muncul alasannya ingin memanfaatkan bongkahan watu akik yang terbengkalai.

"Sebenarnya ini terobosan gres dalam dunia lukis. Saya memang sudah usang menjadi pelukis, namun perlu ada sesuatu berbeda yang bisa dijadikan materi lukisan," ujar Kamiludin.

Pria yang tinggal di daerah Candi Sidoarjo ini mengaku tak butuh waktu usang untuk memanfaatkan watu akik ini menjadi materi lukisannya. Dia tetap menggunakan konsep pemandangan pada lukisan gaya barunya ini.

Saat melukis, Kamiludin menggunakan sekitar 10-15 jenis watu dalam satu lukisan. Di antaranya watu pirus, pancawarna, watu ati ayam, dan giok. Batu-batu yang digunakan itu biasanya masih dalam bentuk bongkahan atau potongan-potongan.

"Saya harus bisa memilah jenis watu apa yang cocok untuk membentuk gunung, bangunan, dan pepohonan," terangnya.

Jika dalam bentuk bongkahan, beliau bisa memotong menggunakan gerinda menjadi belahan kecil dan ditempel di kanvas dengan lem G.

"Tapi bisa juga belahan watu itu dibentuk serbuk, gres kemudian ditempel di kanvas. Biasanya ini untuk bab maritim atau langit," katanya.

Di sudut lain, ada pula yang memamerkan lukisan dengan materi bulu unggas. Pelukisnya yaitu Susmiadi. Dia menggunakan tiga jenis bulu unggas yakni ayam, bebek, dan merpati.

"Dari bulu-bulu itu saya berimajinasi menciptakan lukisan. Kali ini yang dijual lukisan binatang semisal macan, cheetah, kuda, dan ayam. Pernah juga saya melukis potrait Bung Karno ukuran 3×1 meter menggunakan bulu," ujar Susmiadi.

Susmiadi mengaku mendapat bulu-bulu itu dari pedagang di pasar. Mulai pedagang ayam, bebek, hingga merpati.

"Stok bulu saya beli dari penjual di pasar. Bulu tak mesti sehat sehabis dicabut. Dapat satu ahad setelah dicabut, tetapi yang penting tak basah," ungkapnya.

Untuk diketahui, Pasar Seni Lukis Indonesia 2018 yang dibuka hingga 21 Oktober 2018 ini juga mendapat apresiasi dari Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Provinsi Jawa Timur (Jatim) La Nyalla Mahmud Mattalitti.

La Nyalla pun mengucapkan terima kasih kepada penyelenggara PSLI. Menurutnya, dengan kesepakatan dan kontribusinya membantu pelukis membuka pasar baik dari dalam dan luar negeri.

"Selain untuk memperkuat kebudayaan kita, PSLI sanggup menarik mata dunia bahwa karya-karya seniman kita juga berkelas," kata La Nyalla.

Sementara itu, Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan, 60 persen sektor pariwisata berasal dari budaya dan 30 persen dari alam.

"Tugasnya Kementerian Pariwisata yaitu lebih mempublikasikan dan mempromosikan biar wisatawan tiba ke Indonesia, khususnya ke festival lukisan ini," ucap Arief.

Arief menambahkan, PSLI sanggup pula menjadi ajang pariwisata. Menurutnya, pengunjung sanggup melihat secara eksklusif lukisan yang indah.

"Semua wisatawan yang suka lukisan akan tertarik. Mereka tidak hanya bisa menikmati saja menyerupai pameran. Tapi juga bisa memilikinya, alasannya lukisan di PSLI dijual," pungkasnya.

Post a Comment

 
Top