0 Comment
Foto: Dok Kemenpar

Jakarta - Dengan banyaknya umat muslim di dunia, pariwisata halal dinilai mempunyai potensi untuk dikembangkan. Selain itu sektor ini pun dianggap menjadi kunci penguatan ekonomi Indonesia.

"Hal ini mengingat banyaknya jumlah umat muslim di dunia. Di sisi lain, wisata halal juga menghadapi aneka macam tantangan. Terutama dari sisi budaya, demografi, tujuan maupun alokasi biaya yang dikeluarkan untuk berwisata," ungkap Executive Director Bank Indonesia Wiwiek Sisto Widayat dalam keterangan tertulis Kemenpar, Rabu (17/10/2018).



Dalam konferensi internasional di Lombok, Nusa Tenggara Barat, Senin (15/10) lalu, Wiwiek menambahkan wisata halal tidak sanggup berdiri sendiri, namun menjadi bab dari keseluruhan industri halal yang meliputi sektor finansial dan pembiayaan.

Untuk itu, menurutnya, kolaborasi dengan aneka macam negara, penting dilakukan pemerintah dan pemangku kepentingan untuk mendorong pengembangan wisata halal.

"Kerja sama juga perlu dilakukan dengan pemangku kepentingan di daerah-daerah wisata halal. Untuk itu diharapkan pemahaman lebih dalam dari aneka macam pihak dalam pengembangannya," jelasnya.

Wiwiek menjelaskan, ekonomi Islam Indonesia yang prospektif untuk dikembangkan ibarat makanan halal, busana Islami, pariwisata halal, kosmetika halal dan halal obat-obatan.

"Termasuk rendang yang dinobatkan jadi makanan paling enak berdasarkan 50 dunia makanan terbaik (CNN travel). Mode Islam juga semakin terkenal di kalangan generasi milenial dan gaya hidup halal menjadi semboyan muslim di Indonesia ketika ini," terangnya.



Wiwiek menyebut, banyak tempat di Indonesia yang berpotensi dikembangkan sebagai tujuan wisata halal. Salah satunya Nusa Tenggara Barat (NTB).

"Pemerintah tempat NTB berhasil menyampaikan potensinya di bidang pariwisata. Di sana ada resor, makanan tradisional, tempat-tempat bersejarah Islam dan tentu saja indah pantai. Wisatawan juga sanggup tiba ke sini dengan kapal pesiar dan menikmati keindahan selat lombok di sore hari," tuturnya.

Ia menyebut dominan wisatawan yang tiba ke NTB berasal dari Australia, Malaysia, Singapura dan dari beberapa wilayah di Indonesia. Lombok juga telah dicanangkan sebagai The Best Destination for Halal Tourism Resort di dunia dari CNBC Indonesia di tahun 2017 dan Mastercard-CrescentRating Global Muslim Travel Index (GMTI) tahun 2018.

Selain itu, lanjut Wiwiek, Lombok juga berhasil mendapat penghargaan The World Halal Tourism dua tahun berturut-turut di tahun 2015 dan 2016 di Dubai sekaligus sebagai The World Best Halal Honeymoon Destination.

"Alhamdulillah, sudah kita lihat beberapa perbaikan di sini sehabis gempa bumi. Membangun kembali rumah, publik infrastruktur (sekolah, masjid dan lainnya) dan fasilitasnya diproses oleh lokal pemerintah, forum sosial, dan organisasi publik. Bahkan internasional di bawah organisasi multinasional dan negara negara tetangga turut membantu," paparnya.

Sementara Deputi Bidang Pengembangan Industri dan Kelembagaan Kementerian Pariwisata Rizki Handayani, menegaskan wisata halal juga mendapat perhatian serius Kemenpar.

"Dengan dominan warga yakni muslim, wisata halal terperinci mendapat porsi lebih. Apalagi Indonesia mempunyai banyak destinasi halal. Salah satunya Lombok yang keindahannya sudah diakui dunia. Untuk itu Kemenpar terus mendorong percepatan perbaikan sarana wisata disana," katanya.

Pihaknya juga sudah menegaskan ke dunia internasional jikalau pariwisata Nusa Tenggara Barat (NTB) telah pulih. Rizki menyampaikan Kemenpar akan mengangkat kembali destinasi wisata NTB pascagempa Lombok.

Menteri Pariwisata Arief Yahya menjelaskan pihaknya sebetulnya akan meluncurkan Indonesia Muslim Travel Index untuk menyesuaikan dengan standar global.

"Pada September 2018 kemarin Indonesia akan meluncurkan Indonesia Muslim Travel Index (IMTI). Sehingga ekosistem wisata halal terkondisi Indonesia untuk sanggup menyesuaikan standar yang direkognisi global," kata Arief.

Dia menjelaskan dalam IMTI indikator yang dipakai merupakan adonan Global Muslim Travel Index (GMTI), Travel and Tourism Competitiveness Index (TTCI) yang diterbitkan World Economic Forum (WEF) dan The Halal Travel Indicator (HTI) yang menjadi bab dalam State of the Global Islamic Economy Report inisiasi Thomson Reuters bersama DinarStandard.

Post a Comment

 
Top